Menu Baca

Sabtu, 22 Maret 2014

Ide, Aset Utama Dalam Berkarya


Ide merupakan aset paling berharga dalam berkreasi. Demikian merupakan ungkapan salah seorang gadis belia yang baru saja lulus dari kuliahnya, pada November 2013 yang lalu. Saat ditemui di rumahnya (13/02). Usai kuliahnya gadis yang punya nama Nur Aini Latifah, warga Cikampek, itu menggeluti dunia wirausaha dengan sedikit ketrampilan yang dimiliki.

Usahanya tersebut berupa menjual karya kreativitas, semacam bross yang terbuat dari fanel kemudian dibentuk boneka emotion. Bross rajut, dengan warna-warni dan bentuk yang unik, hingga cocok dikenakan bagi wanita yang berjilbab. Selain berguna untuk mengaitkan kerudungnya, berguna pula untuk hiasan.

Dikatakan Aini, panggilan akrab pengusaha kreasi itu, usahanya itu bermula sejak tahun 2011 yang lalu dan berfatner dengan kakak perempuannya yang bernama Ade Lilah. Penjualannya biasa dilakukan dengan menggelar bazar di beberapa tempat di cikampek, terkadang juga melalui via online, juga ke rekan-rekan sekampusnya dulu.

“Untuk penjualannya biasanya masih di daerah terdekat aja, tapi terkadang ada juga yang pesen dari luar kota, bahkan ada juga yang dari luar jawa yaitu lampung. Karena saya memasarkannya lewat online juga. Kalau deal, ya saya transfer,” ujar Aini kepada Kabar Gapura.

Sedang omzet yang diterima dalam satu bulan, berkisar 800 ribu rupiah sampai satu juta lebih. Menurutnya pemesan biasanya ramai saat musim resepsi pernikahan, karena hasil produksinya biasa digunakan untuk souvenir.

“Omzet yang diterima gak tetap, berkisar 800 ribu sampai satu juta dalam satu bulan. Biasanya pemebeli dari kalangan perempuan yang berjilbab, untuk hiasan jilbabnya. Tapi yang paling ramai lagi saat musim nikah, hasil karya aku suka jadi souvenirnya,” ungkap Aini lagi.

Walaupun beberapa bulan ke belakang usahanya tersebut pernah mengalami penurunan, lantaran ada beberapa hal yang menjadi prioritas, yaitu mengerjakan TA (Tugas Akhir) di kampusnya, kini Aini sudah memproduksi kembali dan memasarkannya ke beberapa toko relasinya. Seusai kuliah, Aini, memutuskan untuk berkreasi sendiri dengan semampu mungkin. Selain mendistribusikan ke sejumlah toko-toko relasinya, Aini juga memasarkan lewat online, Alhasil pemesan demi pemesan kembali banjir di orderannya.
 
Dalam kesempatan ini, Aini menyampaikan kepada publik bahwa karya apapun semua bahannya sederhana dan mudah didapat. Namun hal yang termahal dalam berkreasi adalah ide.

Asep Riyadi


Membuka Hati Pemerintah Dengan Pameran Seni


Rabu, 19 Maret 2014

Tuhan Berbicara Lewat Alam



Aku adalah fotografer sekaligus jurnalis di sebuah media. Profesiku yang tidak mengikat waktu ini membuatku leluasa mengambil pelajaran dari segala pristiwa alam. Aku dapat melihat kesudahan orang berbuat baik, aku dapat melihat kesudahan orang berbuat jahat, bahkan prediksi kejadian yang akan datang pun dapat terbaca.

Jika aku amati dengan seksama, seolah-olah alam ini berbicara, mereka suka mengajak  berkomunikasi dengan manusia. Ketika tidak senang dengan manusia, mereka menampakkannya dengan bencana. Ketika sedang ramah dengan manusia, mereka menampakkannya dengan hasil budi daya manusia yang melimpah. Dan itu semua merupakan timbal balik dari perbuatan manusia terhadap alam itu sendiri.

Hal ini bisa kita lihat dari berbagai peristiwa alam, dan sebab akibatnya, baik yang masuk akal maupun yang tidak masuk akal. Apa yang menyebabkan bencana banjir menimpa di berbagai titik rawan banjir? Apa yang menyebabkan gempa tsunami di suatu Negara? Apa yang menyebabkan keluarnya lumpur dari dalam bumi terus berhamburan? Itu semua ada sesuatu yang menjadi sebabnya. Bukan semata-semata terjadi begitu saja.

Sebagaimana yang saat ini aku saksikan. Salah seorang tertangkap basah oleh kameraku. Dia adalah salah seorang pesuruh perusahaan pabrik, sedang membuang limbah cair di sungai irigasi yang banyak digunakan masyarakat sekitar, baik untuk MCK maupun untuk pengairan tanaman dan ternak.

Namun sepertinya Tuhan hendak mengajariku sesuatu. Profesi yang dilindungi undang-undang negara ini tidak menjamin keselamatanku. Niat hendak mengabdi pada masyarakat dengan media massa, di tengah aksiku, aku mendapat ujian. Pasalnya saat aku memotret suatu adegan kecurangan dari salah satu oknum perusahaan pabrik yang membuang limbah ke sungai tersebut, aku dianggap mengusik hak mereka. Secara hak asasi, betul itu hak mereka membuang limbah kemana saja. Tetapi secara aturan undang-undang mereka telah melanggara kewajiban. Yang seharusnya limbah tersebut dinetralisir terlebih dulu guna tidak mengakibatkan hal buruk pada sungai itu, baru kemudian dibuang.

Dari belakang aku dicekal sejumlah orang tak dikenal. Pikirku mereka adalah orang-orang yang diperbantukan oleh perusahaan untuk mengawasi aksi pembuangan limbah tersebut. Nafsu syaitoniah mendominasi pikiran mereka, sehingga aku menjadi sasaran penganiayaan. Dipukulinya aku sampai terjatuh, terkulai lemah. Hantaman-demi hantaman mendarat ke sekujur tubuhku. Aku tak berdaya. Lebih nahasnya lagi, kamera yang aku gunakan memotret mereka, dihancurkan.

Dalam kondisi lemah tak berdaya, aku ditinggal. Beruntung tidak menghilangkan nyawaku. Hanya saja kameraku hancur. Aku coba nyalakan, memastikan kamera ini masih berguna atau tidak. Ah ternyata rusak parah. Kemudian aku cabut kartu memorinya.

Sepanjang tanggul sungai irigasi itu, aku terhuyung-huyung menahan rasa sakit akibat luka memar di sekujur tubuh. Sambil menenteng kamera hancur, aku berupaya membersihkan luka-luka tersebut dengan air irigasi. Di sekitar itu terdapat jamban yang biasa digunakan masyarakat sekitar untuk keperluan mandi dan mencuci. Di sana ada ibu-ibu yang baru selesai mencuci pakaiannya. Tiba-tiba ibu-ibu tersebut mengeluh, karena air yang baru saja digunakan menimbulkan gatal-gatal di kulitnya. Tanpa menegur ibu-ibu tersebut kemudian pergi sambil menggaruk-garuk kaki dan tangannya. Akhirnya aku pun mengurungkan niat membersihkan luka-luka ini, khawatir akan menimbulkan gatal-gatal pula. Kemudian aku melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan berikutnya aku mendapati seorang bapak-bapak sedang meratap, lantaran bebek-bebek piaraannya mati karena habis berrenang di sungai irigasi itu. Besar kemungkinan airnya mengandung racun sehingga terminum oleh bebek-bebek tersebut. Aku mencoba menegurnya.

“Pak, ada apa dengan bebek-bebeknya?” tanyaku, memastikan apa penyebab kematian bebek-bebek tersebut.

“Entah lah, habis berenang di sungai tiba-tiba lemas terus mati. Sebagian besar pada hanyut,” ujar bapak-bapak tadi.

Dugaan kuat dalam benakku, bahwa air irigasi ini mengandung racun berbahaya. Jika betul demikian, berarti pembuangan limbah dari pabrik tadi tidak hanya se-kali. Kulihat di permukaan air sungai ternyata banyak sekali ikan-ikan mati mengambang. Jumlahnya mungkin ratusan sampai ribuan. Tidak habis pikir, sedahsyat itu racunnya. Bagaimana jika terminum oleh manusia? Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan. Kejadian ini belum terlalu berasa akibatnya. Tapi lambat laun bencana yang lebih besar akan terjadi akibat dari kondisi alam seperti ini.

Beruntung pristiwa penganiayaan yang menimpaku tadi tidak sampai menghilangkan file yang terdapat dalam kartu memory kameraku. Sehingga masih bisa aku blow-up aksi-aksi mereka. Walau kameranya hancur, yang penting pesan ini harus sampai ke publik. Sehingga saat surat kabar yang akan terbit hari esok, foto berikut beritanya, aksi dan adegan para oknum perusahaan itu terpublikasi. Atas kejadian ini, aku punya bahan berita yang sangat banyak. Nanti bisa aku konfirmasikan ke instansi terkait. Kemudian ke perusahaannya langsung. Harapan besar bagiku, berita tersebut terbaca oleh semua kalangan. Baik dari pemerintah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan masyarakat, sehingga menjadi bahan evaluasi sampai menindak oknum perusahaan nakal itu.

Di sinilah aku merasakan ada komunikasi antara aku dengan alam. Sejatinya itu adalah metode Tuhan mengabarkan suatu peristiwa kepada hambanya yang dikehendaki. Semoga dengan profesi ini, terdapat nilai ibadah di sisi Tuhan.

Sekian
  

Firman Allah Q.S. Ar-Rum ayat 41-42

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (41)

Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (42)

Asep Riyadi