Gunung es yang mencair
menyebabkan air laut pasang hingga lambat laun akan menenggelamkan bumi. Lumpur
yang tak terbendung juga demikian. Polusi udara mengurangi kesehatan
pernafasan. Menipisnya lapisan ozon meningkatakan suhu panas, serasa membakar
bumi.
Itu semua adalah bukti kepalsuan
alam semesta. Alam ini tidak kekal, telah mengalami kerusakan, dan kiamat pasti
datang. Jika kerusakan di darat di laut dan di udara disebabkan ulah manusia,
kenapa alam semesta yang sedemikian luasnya dapat hancur oleh manusia yang
sejatinya bagian dari alam juga, paslu juga.
Namun tidak banyak orang yang
sadar akan hakikat kepalsuan. Mencari kebahagiaan dengan memperjuangkan harta,
mengejar kekuasaan dengan memperjuangkan jabatan, mengejar popularitas dengan
mengadalkan ketrampilan. Tanpa sadar yang dikejarnya itu hal yang palsu. Jabatan
akan lengser di waktu tertentu, harta akan habis oleh keinginan, popularitas
akan turun oleh persaingan.
Jabatan itu amanah, bukan
kekuasaan. Harta itu amanah, bukan hak peribadi. Ketrampilan itu amanah, bukan
untuk eksistensi.
Seperti yang saya gambar saat
ini. Aku beserta orang seisi bumi yang normal bahwa ini adalah gamabar. Yang namanya
gambar adalah tiruan dari yang ada. Yang namanya tiruan itu palsu. Di atas
telah saya nyatakan bahwa alam semesta ini adalah palsu. Sedang dari yang palsu
itu tiruan dari yang ada. Berarti di balik alam semesta yang palsu ini telah
ada yang Maha Ada., yang sifatnya kekal, berbeda dari yang segala sesuatau yang
baru, tidak rusak sebagaimana yang palsu, dan kekal.
Manusia yang juga merupakan bagian dari alam,
tapi ada keistimewaan tersendiri buat manusia. Yaitu akal dan hati, yang ketika
dijalankan tupoksinya, tugas pokok dan fungsinya, itu akan mengeliminisir
kepalsuan dalam dirinya. Akal dan hati tersebut adalah alat untuk bisa
menyempurnakan diri pada yang Sempurna. Meski tidak sesempurna Tuhan, namun
paling tidak sudah mendekati.
Asep Riyadi