Menu Baca

Minggu, 30 September 2012

Alam Semesta Tiruan Dari Yang Haqiqi

 


Setiap orang tidak suka pada yang palsu, apapun jenisnya. Yang namanya palsu pasti tidak tahan lama, rentan sekali dengan kerusakan. Termasuk alam semesta ini merupakan hal yang palsu juga. Karena semakin berumur alam ini semakin mengalami kerusakan. Di darat, di laut, di udara, bahkan di angkasa sekalipun. 

Gunung es yang mencair menyebabkan air laut pasang hingga lambat laun akan menenggelamkan bumi. Lumpur yang tak terbendung juga demikian. Polusi udara mengurangi kesehatan pernafasan. Menipisnya lapisan ozon meningkatakan suhu panas, serasa membakar bumi.

Itu semua adalah bukti kepalsuan alam semesta. Alam ini tidak kekal, telah mengalami kerusakan, dan kiamat pasti datang. Jika kerusakan di darat di laut dan di udara disebabkan ulah manusia, kenapa alam semesta yang sedemikian luasnya dapat hancur oleh manusia yang sejatinya bagian dari alam juga, paslu juga.

Namun tidak banyak orang yang sadar akan hakikat kepalsuan. Mencari kebahagiaan dengan memperjuangkan harta, mengejar kekuasaan dengan memperjuangkan jabatan, mengejar popularitas dengan mengadalkan ketrampilan. Tanpa sadar yang dikejarnya itu hal yang palsu. Jabatan akan lengser di waktu tertentu, harta akan habis oleh keinginan, popularitas akan turun oleh persaingan.

Jabatan itu amanah, bukan kekuasaan. Harta itu amanah, bukan hak peribadi. Ketrampilan itu amanah, bukan untuk eksistensi.

Seperti yang saya gambar saat ini. Aku beserta orang seisi bumi yang normal bahwa ini adalah gamabar. Yang namanya gambar adalah tiruan dari yang ada. Yang namanya tiruan itu palsu. Di atas telah saya nyatakan bahwa alam semesta ini adalah palsu. Sedang dari yang palsu itu tiruan dari yang ada. Berarti di balik alam semesta yang palsu ini telah ada yang Maha Ada., yang sifatnya kekal, berbeda dari yang segala sesuatau yang baru, tidak rusak sebagaimana yang palsu, dan kekal.
 Manusia yang juga merupakan bagian dari alam, tapi ada keistimewaan tersendiri buat manusia. Yaitu akal dan hati, yang ketika dijalankan tupoksinya, tugas pokok dan fungsinya, itu akan mengeliminisir kepalsuan dalam dirinya. Akal dan hati tersebut adalah alat untuk bisa menyempurnakan diri pada yang Sempurna. Meski tidak sesempurna Tuhan, namun paling tidak sudah mendekati. 

Asep Riyadi

Minggu, 16 September 2012

Mengenang Sebuah Karya


Kalau dengerin alunan musik ini aku jadi teringat semasa MAN dulu. Karena musik ini aku bikin sendiri ketika kelas XI MAN Cilamaya. Entah sebuah ilham atau secara kebetulan, ketika itu aku sedang mencoba mendeskripsikan perasaan melalui lyrik lagu. Tiba-tiba mengalir begitu saja itu alunannya, serasa dipermudah. Dalam jangka waktu sekitar satu jam lyrik sekaligus nadanya, lalu dikolaborasikan dengan alunan musik yang mendadak dibikin itu langsung jadi.

Besoknya aku publikasikan ke temen-temen. Aku nyanyikan juga di depan orang yang menjadi inspirasi dalam lyrik lagu tersebut. Namun karena situasi yang kurang kondusif ketika itu, aku lebih memilih menyanyikan lagu lain biar nyanyi bareng-bareng sama temen.

Memang ada suatu kebanggaan tersendiri ketika mampu membuat sebuah karya, tapi jika diingat saat sekarang aku merasa sedih. Aku merasa bahwa hal itu sudahlah sangat berlalu, dan tidaklah patut untuk dibanggakan. Melainkan saat ini mestinya aku berkarya lagi yang lebih baik. Biarlah masa lalu sebagai cerminan.

Apa lagi harus teringat teman-teman ketika di MAN. Serasa pengen nangis, betapa pilunya. Yang menjadi sedihku, hal itu sudah tidak akan pernah aku jumpai lagiselamanya. Sekalipun suatu saat aku berkumpul lagi dengan mereka itu tidak akan seindah dulu lagi. Karena sudah berbeda dunianya. Dulu dunia remaja, sekarang sudah bukan dunia remaja lagi. melainkan dunia yang penuh tanggung jawab. Masing-masin dari kita harus mampu mengambil peran. Masa lalu cukup sebatas kenangan saja. Itu barangkali yang disebut kisah klasik untuk masa depan seperti yang digambarkan dalam lagu Sheila On 7.