Maka
dengan mudah kita membaginya dalam lima waktu shalat. Berarti dua lembar kita
baca setiap habis shalat fardlu. Jika lima waktu shalat kita jalankan, maka
dalam satu hari kita telah baca satu juz Al-Qur’an. Sedang juz dalam Al-Qur’an
ada tiga puluh juz, sesuai dengan jumlah hari dalam satu bulan. Berarti secara
otomatis dalam tiap bulannya kita menghatam Al-Qur’an. Perkara mudah kan
membaca Al-Qur’an dua lembar tiap habis shalat fardlu.
Sedangkan
kesibukan kita selalu ada jenjang waktu untuk istirahat. Dan waktu istirahat
itu tepat pada waktu sahalat. Kenapa tidak kita sertakan baca Al-Qur’an dua
lembar saja? Baca Al-Qur’an dua lembar kan tidak lama.
Dalam
hadits Qudsi Allah menerangkan faidah bagi orang-orang yang menyibukan dirinya
dengan Al-Qur’an.
“barang
siapa yang menyibukan dirinya dengan Al-Qur’an, maka Aku akan memberi apa-apa
sebagaimana aku memberi apa-apa pada orang-orang yang meminta. (Hadits Qudsi :
Bukhori, Muslim)
Itu
salah satu faidah bagi orang-orang yang menyibukan dirinya dengan Al-Qur’an.
Tidak meminta apa-apa tapi Allah kasih apa-apa sebagaimana memberi apa-apa pada
orang yang meminta.
Jika
ada bisikan syaitan menghampiri telinga kita untuk mengurungkan niat kita dari
baca Al-Qur’an, seperti contoh : “Baca Al-Qur’an tanpa tahu terjemahnya
percuma.”
Kita
jawab, “Kenapa tidak kita sertakan baca terjemahnya? Bukan hal sulitkan?”
Terus
misalnya ada bisikan syaitan lain, seperti contoh : “Baca Al-Qur’an sama
terjemahnya, percuma kalau tidak diamalkan.”
Kita
jawab lagi, “Kenapa tidak kita mengamalkannya? Bukankah Al-Qur’an diturunkan
buat pedoman hidup manusia? Jika kita sudah baca Al-Qur’an lalu kita tahu
artinya, kesulitan apa lagi untuk kita mengamalkannya?”
Jika
kita sudah terbiasa membaca Al-Qur’an, lidah kita akan hafal untuk
mengucapkannya, telinga kita akan hafal mendengarnya, otak kita akan hafal
mengingatnya, hati kita pun senantiasa akan menyimpannya dalam-dalam. Maka
secara otomatis gerak langkah kita selalu berdasar pada Al-Qur’an.