Lelaki 507
Menu Baca
- Artikel (2)
- Cerita (1)
- Feature (1)
- Film Pendek (1)
- Koleksi Berita (12)
- Kreasi (3)
- Sastra (1)
- Tausiyah (2)
- Viksi (1)
Kamis, 19 Oktober 2017
Kamis, 27 Juli 2017
Senin, 08 Agustus 2016
Rabu, 20 Juli 2016
Selasa, 03 Mei 2016
Minggu, 27 Maret 2016
Selasa, 22 Maret 2016
Kamis, 11 Februari 2016
Minggu, 24 Januari 2016
Rabu, 05 Agustus 2015
Jumat, 29 Mei 2015
Senin, 23 Februari 2015
Minggu, 22 Februari 2015
Jumat, 14 November 2014
Kamis, 13 November 2014
Selasa, 15 Juli 2014
Senin, 16 Juni 2014
Selasa, 08 April 2014
Ekspresi Sebuah Harap
Berkata
Umar bin Khathab ra dalam atsarnya : Tidak ada pemberian yang lebih baik kepada
seseorang setelah pemberian Iman kecuali wanita yang shalehah.
Ungkapan
ini memotivasi bagi para lelaki baik yang beriman maupun yang pura-pura
beriman. Pasalnya tidak dapat dipungkiri lagi kehadiran perempuan memberikan
ketentraman bagi para lelaki, terlebih mereka yang berahlak mulia lagi shalihah.
Bisa
dilihat bagaimana cara perempuan memberikan pelayanan kepada orang-orang yang
dicintainya, bagaimana cara mereka berpartner mengasuh anak-anak sejak dalam
kandungan, mendidik dan membesarkannya. Sampai masa tua keridloan seorang
perempuan selalu menjadi harapan bagi para anak lelaki. Hal ini tentu tidak
lepas dari fitrah perempuan, fitrah pula bagi lelaki atas ketertarikannya.
Demikianlah Allah ciptakan makhluqnya dengan berpasang-pasangan guna
keseimbangan alam.
Maka
tidak heran jika Nabi Adam kesepian saat di surga. Tempat yang penuh kenikmatan
namun masih resah tanpa kehadiran seorang teman. Akhirnya Allah ciptakan
seorang Hawa untuk ketentraman Adam di alam yang penuh kenikmatan itu.
Pernah
menjadi bahan candaan saat mempelajari pilsafat dulu, dalam sebuah ayat
alqur’an diterangkan bahwa hal yang paling nikmat dalam surga adalah ketika
melihat wujud Allah –
"Pada hari itu ada wajah-wajah yang berseri-seri, karena mereka melihat kepada Rabb mereka." (Al-Qiyamah: 22-23)
Terlepas
wujud yang terindra atau wujud kebenarannya. Jika itu terjadi maka tetap ada
yang kurang jika tidak terdapat perempuan, sebagaimana yang dialami Adam
dahulu. Hehehe,. Aku pun tetap memohon ampunan kepada Allah jika candaan
tersebut mengandung dosa.
Begitupun
aku, tentu tidak berbeda dengan lelaki beriman lainnya. Perempuan shalihah
selalu menjadi dambaan lelaki, terlepas apa yang menjadi orientasinya.
Masing-masing lelaki mempunyai alasan tersendiri. Termasuk misionaris, mereka
juga mendabakan perempuan shalihah untuk dikelabuhi. Awalnya berpura-puran
menjadi mu’alaf kemudian minta dibimbingnya. Setelah itu pura-pura mengagumi,
sampai kemudian perempuan itu terperangkap. Akhirnya menikah.
Dalam
ajaran islam perempuan dituntut penuh berbakti kepada suaminya. Ketaatan
seorang anak perempuan kepada orang tuanya berpindah ke suami. Bahkan rasul
pernah menyatakan dalam haditsnya yang diriwayatkan imam Ahmad
“Seandainya aku boleh memerintahkan seseorang untuk sujud kepada
orang lain (sesama makhluk) niscaya aku perintahkan seorang istri untuk sujud
kepada suaminya.…(HR. Ahmad)
Artinya
dalam hal ini saya hendak mengatakan bahwa setiap perempuan itu dambaan para
lelaki terlebih mereka yang berahlak mulia lagi shalihah.
Seperti
video diatas, terlihat aku tengah melukis seorang perempuan berpose, berjilbab,
di tangan kirinya memegang sekuntum bunga mawar, di jari manisnya mengenakan
cincin. Secara indrawi, lelaki mana yang tidak terpesona? Hanya yang tidak
normal yang tidak terpesona mungkin. Ini merupakan sebuah ekspresiku dalam
mendambakan wanita shalihah yang menjadi pendamping hidupku.
Sebetulnya
aku tidak banyak kata dalam mendambakanya, aku terlalu pemalu untuk
berkata-kata tentang perempuan, sekalipun saat sendiri. Sekalipun hanya Tuhan
yang tahu. Karena semuanya sudah ditetapkan dalam lauhilmahfudz, aku mau
berjodoh dengan siapa. Aku hanya sibuk memeperbaiki diri, menjalani apa yang
menjadi tugasku sebagai pemuda saat ini. Agar di kemudian hari, siapapun yang
menjadi jodohku, aku sudah mempersiapkan diri menerimanya dengan baik.
Walau
demikian aku tetap mendambakan keriteria pilihanku sendiri, tentunya yang ideal
menurut syariat islam, yaitu Taqwa pada Allah. Dalam taqwa tersebut melahirkan sifat-sifat diantaranya :
Shalihah lagi menarik
Shalihah lagi menarik
- Menyenangkan hatiku serta keluargaku
- Sehat lahir bathin
- Subur
- Masih single lagi suci
- Cerdas
- Memiliki hapalan Al-Qur’an (minimal
satu Juz)
- Sama-sama berjuang di jalan Allah
- Yang mencintaiku karena Allah
Untuk
berjuang bersama di jalan Allah dan melahirkan generasi islam yang militan
dengan didikannya sesuai ajaran islam. Bersama-sama menjadi guru bagi
anak-anak. Kelebihannya biar menjadi bekal dalam berjuang di jalan Allah, kekurangannya menjadi ladang amal ibadah bagiku, untuk aku sempurnakan.
Sabtu, 22 Maret 2014
Ide, Aset Utama Dalam Berkarya
Ide merupakan aset paling berharga dalam
berkreasi. Demikian merupakan ungkapan salah seorang gadis belia yang baru saja
lulus dari kuliahnya, pada November 2013 yang lalu. Saat ditemui di rumahnya
(13/02). Usai kuliahnya gadis yang punya nama Nur Aini Latifah, warga Cikampek,
itu menggeluti dunia wirausaha dengan sedikit ketrampilan yang dimiliki.
Usahanya tersebut berupa menjual karya
kreativitas, semacam bross yang terbuat dari fanel kemudian dibentuk boneka emotion.
Bross rajut, dengan warna-warni dan bentuk yang unik, hingga cocok dikenakan
bagi wanita yang berjilbab. Selain berguna untuk mengaitkan kerudungnya,
berguna pula untuk hiasan.
Dikatakan Aini, panggilan akrab pengusaha
kreasi itu, usahanya itu bermula sejak tahun 2011 yang lalu dan berfatner
dengan kakak perempuannya yang bernama Ade Lilah. Penjualannya biasa dilakukan
dengan menggelar bazar di beberapa tempat di cikampek, terkadang juga melalui
via online, juga ke rekan-rekan sekampusnya dulu.
“Untuk penjualannya biasanya masih di
daerah terdekat aja, tapi terkadang ada juga yang pesen dari luar kota, bahkan
ada juga yang dari luar jawa yaitu lampung. Karena saya memasarkannya lewat
online juga. Kalau deal, ya saya transfer,” ujar Aini kepada Kabar Gapura.
Sedang omzet yang diterima dalam satu
bulan, berkisar 800 ribu rupiah sampai satu juta lebih. Menurutnya pemesan
biasanya ramai saat musim resepsi pernikahan, karena hasil produksinya biasa
digunakan untuk souvenir.
“Omzet yang diterima gak tetap, berkisar
800 ribu sampai satu juta dalam satu bulan. Biasanya pemebeli dari kalangan
perempuan yang berjilbab, untuk hiasan jilbabnya. Tapi yang paling ramai lagi
saat musim nikah, hasil karya aku suka jadi souvenirnya,” ungkap Aini lagi.
Walaupun beberapa bulan ke belakang
usahanya tersebut pernah mengalami penurunan, lantaran ada beberapa hal yang
menjadi prioritas, yaitu mengerjakan TA (Tugas Akhir) di kampusnya, kini Aini
sudah memproduksi kembali dan memasarkannya ke beberapa toko relasinya. Seusai
kuliah, Aini, memutuskan untuk berkreasi sendiri dengan semampu mungkin. Selain
mendistribusikan ke sejumlah toko-toko relasinya, Aini juga memasarkan lewat
online, Alhasil pemesan demi pemesan kembali banjir di orderannya.
Dalam kesempatan ini, Aini menyampaikan
kepada publik bahwa karya apapun semua bahannya sederhana dan mudah didapat.
Namun hal yang termahal dalam berkreasi adalah ide.
Asep Riyadi
Rabu, 19 Maret 2014
Tuhan Berbicara Lewat Alam
Aku
adalah fotografer sekaligus jurnalis di sebuah media. Profesiku yang tidak
mengikat waktu ini membuatku leluasa mengambil pelajaran dari segala pristiwa
alam. Aku dapat melihat kesudahan orang berbuat baik, aku dapat melihat
kesudahan orang berbuat jahat, bahkan prediksi kejadian yang akan datang pun
dapat terbaca.
Jika
aku amati dengan seksama, seolah-olah alam ini berbicara, mereka suka
mengajak berkomunikasi dengan manusia. Ketika tidak senang dengan
manusia, mereka menampakkannya dengan bencana. Ketika sedang ramah dengan
manusia, mereka menampakkannya dengan hasil budi daya manusia yang melimpah.
Dan itu semua merupakan timbal balik dari perbuatan manusia terhadap alam itu
sendiri.
Hal
ini bisa kita lihat dari berbagai peristiwa alam, dan sebab akibatnya, baik
yang masuk akal maupun yang tidak masuk akal. Apa yang menyebabkan bencana
banjir menimpa di berbagai titik rawan banjir? Apa yang menyebabkan gempa
tsunami di suatu Negara? Apa yang menyebabkan keluarnya lumpur dari dalam bumi
terus berhamburan? Itu semua ada sesuatu yang menjadi sebabnya. Bukan
semata-semata terjadi begitu saja.
Sebagaimana
yang saat ini aku saksikan. Salah seorang tertangkap basah oleh kameraku. Dia adalah
salah seorang pesuruh perusahaan pabrik, sedang membuang limbah cair di sungai
irigasi yang banyak digunakan masyarakat sekitar, baik untuk MCK maupun untuk
pengairan tanaman dan ternak.
Namun
sepertinya Tuhan hendak mengajariku sesuatu. Profesi yang dilindungi
undang-undang negara ini tidak menjamin keselamatanku. Niat hendak mengabdi
pada masyarakat dengan media massa, di tengah aksiku, aku mendapat ujian. Pasalnya
saat aku memotret suatu adegan kecurangan dari salah satu oknum perusahaan
pabrik yang membuang limbah ke sungai tersebut, aku dianggap mengusik hak
mereka. Secara hak asasi, betul itu hak mereka membuang limbah kemana saja. Tetapi
secara aturan undang-undang mereka telah melanggara kewajiban. Yang seharusnya
limbah tersebut dinetralisir terlebih dulu guna tidak mengakibatkan hal buruk
pada sungai itu, baru kemudian dibuang.
Dari
belakang aku dicekal sejumlah orang tak dikenal. Pikirku mereka adalah
orang-orang yang diperbantukan oleh perusahaan untuk mengawasi aksi pembuangan
limbah tersebut. Nafsu syaitoniah mendominasi pikiran mereka, sehingga aku
menjadi sasaran penganiayaan. Dipukulinya aku sampai terjatuh, terkulai lemah. Hantaman-demi
hantaman mendarat ke sekujur tubuhku. Aku tak berdaya. Lebih nahasnya lagi,
kamera yang aku gunakan memotret mereka, dihancurkan.
Dalam
kondisi lemah tak berdaya, aku ditinggal. Beruntung tidak menghilangkan
nyawaku. Hanya saja kameraku hancur. Aku coba nyalakan, memastikan kamera ini
masih berguna atau tidak. Ah ternyata rusak parah. Kemudian aku cabut kartu
memorinya.
Sepanjang
tanggul sungai irigasi itu, aku terhuyung-huyung menahan rasa sakit akibat luka
memar di sekujur tubuh. Sambil menenteng kamera hancur, aku berupaya
membersihkan luka-luka tersebut dengan air irigasi. Di sekitar itu terdapat jamban
yang biasa digunakan masyarakat sekitar untuk keperluan mandi dan mencuci. Di sana
ada ibu-ibu yang baru selesai mencuci pakaiannya. Tiba-tiba ibu-ibu tersebut mengeluh,
karena air yang baru saja digunakan menimbulkan gatal-gatal di kulitnya. Tanpa menegur
ibu-ibu tersebut kemudian pergi sambil menggaruk-garuk kaki dan tangannya. Akhirnya
aku pun mengurungkan niat membersihkan luka-luka ini, khawatir akan menimbulkan
gatal-gatal pula. Kemudian aku melanjutkan perjalanan.
Di
tengah perjalanan berikutnya aku mendapati seorang bapak-bapak sedang meratap,
lantaran bebek-bebek piaraannya mati karena habis berrenang di sungai irigasi
itu. Besar kemungkinan airnya mengandung racun sehingga terminum oleh
bebek-bebek tersebut. Aku mencoba menegurnya.
“Pak,
ada apa dengan bebek-bebeknya?” tanyaku, memastikan apa penyebab kematian
bebek-bebek tersebut.
“Entah
lah, habis berenang di sungai tiba-tiba lemas terus mati. Sebagian besar pada
hanyut,” ujar bapak-bapak tadi.
Dugaan
kuat dalam benakku, bahwa air irigasi ini mengandung racun berbahaya. Jika betul
demikian, berarti pembuangan limbah dari pabrik tadi tidak hanya se-kali. Kulihat
di permukaan air sungai ternyata banyak sekali ikan-ikan mati mengambang. Jumlahnya
mungkin ratusan sampai ribuan. Tidak habis pikir, sedahsyat itu racunnya. Bagaimana
jika terminum oleh manusia? Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan. Kejadian ini
belum terlalu berasa akibatnya. Tapi lambat laun bencana yang lebih besar akan
terjadi akibat dari kondisi alam seperti ini.
Beruntung
pristiwa penganiayaan yang menimpaku tadi tidak sampai menghilangkan file yang
terdapat dalam kartu memory kameraku. Sehingga masih bisa aku blow-up aksi-aksi
mereka. Walau kameranya hancur, yang penting pesan ini harus sampai ke publik. Sehingga
saat surat kabar yang akan terbit hari esok, foto berikut beritanya, aksi dan
adegan para oknum perusahaan itu terpublikasi. Atas kejadian ini, aku punya bahan
berita yang sangat banyak. Nanti bisa aku konfirmasikan ke instansi terkait. Kemudian
ke perusahaannya langsung. Harapan besar bagiku, berita tersebut terbaca oleh
semua kalangan. Baik dari pemerintah eksekutif, legislatif, yudikatif, dan
masyarakat, sehingga menjadi bahan evaluasi sampai menindak oknum perusahaan
nakal itu.
Di
sinilah aku merasakan ada komunikasi antara aku dengan alam. Sejatinya itu
adalah metode Tuhan mengabarkan suatu peristiwa kepada hambanya yang
dikehendaki. Semoga dengan profesi ini, terdapat nilai ibadah di sisi Tuhan.
Sekian
Firman Allah Q.S. Ar-Rum ayat 41-42
“Telah tampak kerusakan di darat dan di
laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar
mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar). (41)
Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di
bumi lalu lihatlah bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari
mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).” (42)
Asep Riyadi
Senin, 03 Februari 2014
Ucapan Terakhir
Didapati sebuah keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan seorang anak, tertatih-tatih dalam mengarungi jalan hidupnya. Dalam hidupnya mereka tidak seberuntung masyarakat di sekitarnya. Suaminya kena PHK dari sebuah PT. cukup bonapit di negaranya. Istrinya hanya seorang ibu rumah tangga. Sedang anaknya masih duduk di bangku kelas V SD.
Untuk melangsungkan kehidupannya sehari-hari, suaminya hanya mengandalkan serabutan. Sedang istri dan anaknya hanya bergantung pada lelaki yang bekerja serabutan tersebut. Juga tidak sedikit hutang di beberapa tempat belanja kebutuhannya. Diketahui lelaki bernasib malang itu bernama Malik. Dalam hal seperti demikian, mereka merasa letih dan sengsara. Dalam kesehariannya lapar menjadi keluhan utama bagi keluarga tersebut.
Sering kali kepala dari keluarga tersebut mencari nafkah dengan berbagai pekerjaan. Hanya pekerjaannya tidak menuai penghasilan yang cukup untuk kesehariannya. Satu waktu di tengah terik matahari Malik berjalan di jalan yang penuh debu, dengan perut lapar dia mengusap keringat yang mengaliri kulit kusamnya. Beberapa toko ia lalui untuk mencari pekerjaan, namun tidak kunjung dapat. Terlihat di antara beberapa toko, seorang pedagang sedang memarahi pelayannya yang kerjanya dianggap tidak becus.
Melihat kondisi aktivitas kerja di pasar demikian, Malik mengurungkan niatnya melamar kerja sebagai pelayan di pasar. Akhirnya dia memutuskan untuk mengunjungi rerkan sejawatnya, kali ada bantuan darinya. Rekan tersebut merupakan tempat berbagi keluhannya, Arya namanya. Dia juga tidak jauh beda kesengsaraanya. Rekan tersebut hanya bekerja sebagai tukang ojek. Namun rekan yang satu ini tidak terlalu memikirkan nasib yang dialaminya. Dia lebih banyak bersyukur berapapun hasil dari ojeknya. Yang penting, menurutnya, sehat. Dengan sehat maka uang bisa dicari.
“Kerja, kerja yang bener. Gaji pada pengen gede kerja gak pada becus. Hey kamu sini, angkat tuh barang,” pedagang mengatur anak buahnya.
Tidak disengaja pengelihatannya mengarah ke Malik, sedang Malik sendiri sedari tadi berdiri di sekitar toko-toko, menyaksikan aktivitas kerja di pasar. “Apa liat-liat?”
“Sebetulnya kebutuhan hidup itu sederhana yang penting anak istriku bisa makan, sehat, dan rajin ibadah.” Ujarnya saat berbincang-bincang dengan sahabat bernasib malangnya itu.
“Kebutuhan itu sederhana, tapi nasib aku jauh lebih sederhana dari kebutuhan itu. Gymana bisa beribadah, buat berdiri saja lemas. Kamu enak masih punya motor yang bisa dipake buat cari uang.” Jawabnya.
“Alhamdulillah Aku memanfaatkan yang ada. Warisan dari orang tuaku dulu.” Kata Arya.
“Aku, apa yang bisa aku manfaatkan?” Keluh Malik.
“Kalau kamu mau, silahkan kamu bisa pake motor aku buat cari uang. Tanpa setoran. Aku biasa mangkal kalau siang, silahkan malamnya kamu pake,” tawar sahabatnya demi meringankan beban.
“Gak ya, itu terlalu merepotkanmu. Aku mau cari pekerjaan yang lain aja dulu,” tolak Malik bernada kasihan pada sahabatnya itu.
“Atau kalu bisa kamu temui Ustadz Wawan, kali aja ada pekerjaan buat kamu,” solusi Arya.
“Kerjaan apa,. Paling beliau nyuruh bersyukur, ibadah yang rajin, mana ada dia ngasih kerjaan,.“ ujar Malik.
“Tapi buktinya beliau hanya bersyukur hidupnya tenang-tenang aja. Ibadah rajin, da’wah di mana-mana jalan.” Sela Arya.
“Dia sih enak, mertuanya kaya, sawahnya banyak di mana-mana.”
“Justru itu, kamu minta buat ngurus sawahnya. Atau apa ke, Kali aja ada.” Desak Arya menyemangati teman malangnya itu.
***
Malik pun menemui ustadz Wawan untuk membicarakan hal tujuannya. Yaitu meminta pekerjaan pada beliau, walau hanya mengurus sawahnya. Namun sialnya pengaruh hedonisme telah merambat ke segenap kalangan, termasuk pada yang berjuluk ustadz. Salah satunya ustadz Wawan ini. Phenomena yang terjadi di sebagian masyarakat, untuk menjadi seorang ustadz itu dididik di sebuah pesantren sampai puluhan tahun, minimal belasan tahun. Dan biasanya mereka dari keluarga yang berada, karena untuk biaya pendidikannya selama di pesantren.
Usai dari pesantren mereka menikahi gadis dari keluarga yang berada pula, guna mempertahankan kehormatan keluarganya. Walau dengan alas an demi kepentingan dakwah. Sialnya lagi sebagaian mereka yang lahir dari pesantren tidak luput dari pengaruh skularisme, sehingga mengabaikan kehidupan bermasayarakat dengan ajaran agama. Ilmu yang diajarkan ke anak didik hanya sabatas membaca tulisan arab dan tata cara ibadah maghdloh.
Pelajaran yang diambil dari pesantren hanya sebatas amaliyah peribadatan yang vertical, ibadah maghdloh, nafsi-nafsi antara hamba dengan Tuhannya saja. Tidak mengaplikasikan ajaran agama secara total, meringankan beban tetangga, merangkul masyarakat yang akidahnya rentan karena kondisi ekonominya minim. Memberi solusi atas degradasi moral masyarakat karena pengaruh globalisasi. Hal ini pun terjadi pada ustadz Wawan yang satu ini. Sehingga saat dimintai bantuannya oleh Malik, beliau tidak dapat memenuhinya. Pasalnya harus berbelit-belit dalam perbincangannya.
Usai dari pesantren mereka menikahi gadis dari keluarga yang berada pula, guna mempertahankan kehormatan keluarganya. Walau dengan alas an demi kepentingan dakwah. Sialnya lagi sebagaian mereka yang lahir dari pesantren tidak luput dari pengaruh skularisme, sehingga mengabaikan kehidupan bermasayarakat dengan ajaran agama. Ilmu yang diajarkan ke anak didik hanya sabatas membaca tulisan arab dan tata cara ibadah maghdloh.
“Apa yang tidak kamu punya? Kamu hanya tinggal bersyukur.” Ujarnya saat ditemui Malik di pesawahan milik ustadz Wawan. “Tangan kamu masih utuh, kaki kamu, seluruh anggota badan kamu masih utuh. Coba lihat mereka yang tidak punya salah satu anggota badan, tapi mereka masih bisa bersyukur, memanfaatkan sisa anggota tubuhnya yang masih utuh.”
“Justru itu pak Ustadz, saya ingin memanfaatkan anggota tubuh saya ini untuk mencari nafkah buat anak istri saya.” Ujar Malik.
“Lalu apa yang bisa aku bantu? Segalanya milik Allah. Mestinya kamu meminta segala sesuatu itu hanya pada Allah, karena Dia yang Maha Kuasa.”
“Paling tidak bapak punya sawah banyak, satu saja bapak amanahkan ke saya buat saya kerjakan.”
“Itu bukan sawah saya, itu sawah mertua saya. Udah nanti sore saya ada jadwal pengajian di mesjid, kamu harus ikut biar dapat penerangan iman.” Pungkas Ustadz Wawan secara ketus.
***
Akhirnya Malik bergegas pulang tanpa membawa apa-apa, hanya sebatas jasad dan pakaian yang melekat di tubuhnya. Kebingungan Malik semakin menjadi-jadi. Harapan Malik tidak senyata dengan impiannya. Demikian ketika susah sedang menghampiri, tak kenal kepada siapa dia bersinggah. Di emperan toko orang Malik menyandarkan tubuhnya.
Terlebih jika salah satu di antara mereka sedang sakit, kesengsaraan mereka jadi makin bertambah. Sebagaimana yang terjadi saat anaknya sakit, berbaring lemas di tempat tidurnya. Istrinya panic, menyentuh kepala dan badan anaknya, panas. Sesampai di rumah mendapati anaknya sedang berbaring sakit di tempat tidur bersama istrinya yang sedang membuat kompres guna meredakan panas demam yang menyerangnya.
“Anak kita sakit pak, dari pagi belum makan.” Kata istrinya.
Sedang suaminya menyandar di dinding rumah sambil mengelus rambutnya yang kusut.
“Tunggu bu, aku mau cari pinjam uang dulu buat beli makan sama obat.” Malik kembali pergi, mencari harapannya yang baru timbul.
Beberapa jalan sudah ia lalui, beberapa tempat sudah ia datangi, namun belum juga ada hasil. Hingga menjelang sore, akhirnya memutuskan untuk sempat hadir di pengajian ustadz Wawan, di masjid. Dalam pengajian yang disampaikan itu menerangakan tentang hakikat diciptakannya manusia ke dunia, yaitu untuk ibadah. Beliau juga menyampaikan sebuah ayat Al-Qur’an yang berbunyi “Tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah.”
Hingga beberapa lama kemudian Malik merasa jenuh, kemudian keluar. Duduk di teras masjid. Sambil menggerutu dalam hatinya.
“Ibadah,.ibadah,. gak tahu perut lapar. Nggak tahu apa ngasih makan ke orang lain juga ibadah.”
Dalam kebingungannya tersebut terbesit tujuan sesuatu yang tidak disangkanya. Malik melihat motor bagus yang terparkir di halaman mesjid. Motor tersebut milik ustadz Wawan. Akhirnya tanpa berpikir panjang, sepeda motor milik ustadz Wawan pun diembat, dibawa kabur. Walau tanpa kunci Malik dapat membobolnya.
Tidak disangka salah seorang santri ada yang melihatnya, dan meneriaki maling. “Maling,.maling,. motor pak ustadz dicuri maling.” Santri yang lain bergegas keluar, lalu mengejarnya, hingga malik tertangkap, dipukuli sampai babak belur.
***
Sisi lain sahabatnya, Arya sedang membersihkan motor miliknya di depan rumah. Istrinya sedang menyiapkan minum, untuknya. Anaknya yang masih duduk di bangku kelas 5 SD, sedang asik belajar di atas dipan. Anaknya menuntut minta dibeliin buku tulis baru, karena buku yang sedang dipake buat belajar sudah penuh dengan coretan hasil belajarnya.
“Mah, minta beli buku baru.” Pinta anaknya.
“Loh, buku yang beli minggu lalu ke mana?”
“Udah penuh.” Jawab si bocah.
“Aduh rajin banget belajarnya. Ya udah nanti minta sama bapak ya,.”
Lalu istrinya segera menyampaikan permintaan anaknya sambil menyodorkan minum untuknya.
“Pak, Ade rajin banget belajarnya.” Kata istrinya.
“Ya bagus,.” Jawab Arya.
“Sampai-sampai buku beli minggu kemarin udah penuh.” Lanjut istrinya.
“Kenapa, minta beli buku baru lagi?” ujar Arya menebaknya.
“Ya demi belajarnya,.”
“Ya udah gampang, nanti beli satu pak sekalian. Buat pelajaran yang lainnya.”
“Pak, sekalian buku komik juga ya,.?” Kata anaknya, nongol dari balik pintu rumah.
“Oh,. Iya, Ade mau beli komik apa?”
“Biasa, detektif conan.”
“Loh yang itu masih ada kan?”
“Yang jilid duanya, pak. Bosen ngulang-ngulang terus baca jilid satu.”
“Oh ada jilid duanya ya?”
“Jilid tiga juga ada pak. Malah yang terbaru samapi jilid tujuh.”
“Oh yaudah nanti bapak beli sampai yang terbarunya, mau jilid tujuh, delapan, atau yang belum terbit juga bapak pesenin buat kamu. Ok,.? Asal kamunya rajin belajar, rajin ibadah, rajin juga doain bapak biar dapat uang banyak, biar bisa beli apa-apa buat kamu. Ok,.?”
“Ok,. Hore asik,.asik,.” girang anaknya sambil masuk ke dalam rumah.
“Jangan terlalu mengumbar janji, nanti dituntut.”
“Gak apa-apa bu, biar anak kita senang.”
“Bisa aja. Ini minum dulu.”
Tiba-tiba datang seorang, dengan nafas terengah-engah, mengabarkan peristiwa pemukulan Malik gara-gara mencuri motor ustadz Wawan.
“Pak Arya, si Malik, rame-rame digebukin orang, gara-gara nyuri motor ustadz Wawan”
“Astaghfirullah,. Di mana?”
“Di halaman mesjid.”
Arya bergegas, berlari menuju TKP tempat Malik digebukin rame-rame. Tanpa sadar Arya berlari kencang hingga membalap motor yang melaju searah dengannya. Sandal yang dikenakkannya pun terlepas, guna tidak mengganggu lari kencangnya. Sesampai di TKP Arya langsung menghalau kerumunan orang yang menggebukin Malik.
“hey !! apa yang kalian lakukan? Dia manusia, mana prikemanusiaan kalian? Hati-hati dengan orang teraniyaya.” sentak Arya saat membela Malik, sambil nafas terengah-engah.
“Tapi dia maling.” Jawab salah seorang pengeroyok.
“Kenapa kalian biarkan dia maling?” Tanya Arya lagi.
“Makanya kita gebukin” jawab pengeroyok yang lain.
“Bukan begitu caranya. Dia hanya butuh makan, butuh menafkahi keluarganya di rumah. Mestinya kalian bantu dia, kasih shodaqoh, kasih zakat, biar dia gak sempat maling.” Ujar Arya keras suaranya.
“Kamu siapanya?” kata salah seorang pengeroyok.
“Jangan-jangan dia rekan malingnya.” Kata seorang yang lainnya.
Kemudian pengeroyokan kembali terjadi. Namun tidak kepada Malik, melainkan kepada Arya, karena dianggap rekan malingnya Malik. Awalnya Arya terkulai lemah menerima pukulan bertubi-tubi menimpanya. Namun sekuat sisa tenaganya dia berusaha brontak, melawan, berbalik memukuli pengeroyok, hingga melumpuhkan semua musuhnya. Semua pengeroyok berjatuhan kesakitan. Kemudian Arya menghampiri Malik, lalu mengendongnya bawa pulang. Sembari menghampiri ustadz Wawan, sembari mencibirnya.
Suasana tegang di TKP tersebut berakhir sudah, berubah menjadi suasana haru menyelimuti desa, karena dalam kondisi yang memperihatinkan seorang kepala rumah tangga digebukin hanya gara-gara tidak menahan lapar.
Di tengah jalan, dua lelaki berjalan terhuyung-huyung menahan rasa sakit atas pukulan sejumlah orang tak bermanusiawi. Sambil menahan sakit, Arya tetap menggendong Malik. Namun Malik tampaknya sudah sangat tak berdaya, dalam hati Malik berucap, “Ya Allah, aku tak mau mati dalam keadaan berdosa. Jika ini sampai pada waktuku, libatkan mereka atas kemiskinanku.” Tak lama kemudian malik pun menghembuskan nafas terakhir.
Arya yang menggendongnya merasakan denyut jantung malik telah berhenti. Sejenak ia menghentikan langkahnya, hanya untuk mengucap“Innalillahi wainnailahi raji’un”. Sambil meneteskan air mata, kemudian Arya jalan lagi. Sesampai di rumah didapati anak Malik sedang merintih sakit, sedang istrinya menangis sedu sedan. Istri Arya pun ada di situ, sedang merangkul istrinya Malik.
“Malik sudah meninggal.” Ucap Arya.
Riuh gaduh tangis keluarga Malik semakin keras. Secara naluriah anak dan istrinya memeluk erat dan menciumnya seraya tangisnya mengisi kegaduhan di ruang gubuk berukuran sederhana. Istri Arya mencoba menenangkan suasana, namun percuma. Sedang Arya sendiri berbalik arah, lalu meneteskan air mata juga.
Sesampai pada waktu malam, di teras rumahnya Arya melamunkan suasana pahit yang baru saja dialami. Sahabat sedari kecilnya tiba-tiba meninggal dengan peristiwa teragis. Arya masih belum mampu menghalau bayangan wajah Malik yang kerap kali muncul di ingatannya. Kemudian istrinya menghampiri, mengingatkan kalau malam sudah larut, sekitar pukul 11.30. Arya tak bergeming dengan tatapan matanya kosong. Jauh memandangnya. Sesekali dia berucap, “Siang tadi malik masih bersama kita.”
Sedari tadipun istrinya paham kalau suaminya itu sedang memikirkan nasib malang yang menimpa sahabatnya. “Yang sabar pak, doakan saja agar Allah menerima segala amal baiknya.”
“Aku mendengar kata-kata terakhir dia, dalam hatinya dia berucap ‘Dia tidak mau mati dalam keadaan berdosa. Jika hari itu sampai pada waktunya, maka libatkan mereka yang membuatnya miskin..’
Ekpresi Arya telah mengajak istrinya ikut serta menangis, dalam suasana malam yang semakin berlarut.
Sekian
Langganan:
Komentar (Atom)




